Di balik sisi positifnya, karakter perfeksionis Anda memiliki konsekuensi lain yang mungkin saja berkontribusi negatif bagi kehidupan Anda. Paradoks ini mungkin terdengar baru. Bagaimana bisa karakter perfeksionis, yang selama ini menurut Anda diperlukan untuk mencapai kesuksesan, bersifat negatif bagi kehidupan Anda?
Melalui artikel di bawah ini, temukan penjelasan lengkap dan pemahaman tepat tentang perfeksionis.
Apa itu perfeksionis?
Perfeksionis adalah orang yang memiliki kebutuhan atau dorongan yang tinggi untuk menjadi atau tampak sempurna. Anda mengejar setiap tugas atau hasil pekerjaan tanpa cela tanpa kesalahan sedikit pun. Anda memperhatikan setiap detail tugas atau pekerjaan, menguji dan memeriksanya ulang secara menyeluruh.
Harusnya, standar tinggi yang Anda tetapkan ini mendorong dan memotivasi Anda untuk menghasilkan kinerja dan prestasi tinggi. Ini tentu saja bernilai baik untuk Anda karena tanpa standar apa pun, tanpa tujuan yang jelas, orang umumnya mencapai prestasi lebih sedikit, biasa saja, bahkan tidak sama sekali.
Selama Anda tidak memaksakan diri untuk mencapai standar tinggi itu, mengakui kekuatan dan keterbatasan Anda, sambil berusaha melakukan yang terbaik, di jalan ini, karakter perfeksionis Anda memberi dampak positif bagi kehidupan Anda. Perfeksionis jenis ini sering disebut perfeksionisme adaptif.
Akan tetapi, beberapa penelitian menemukan bahwa karakter perfeksionis Anda memiliki konsekuensi lain yang mengarah ke bentuk negatif. Anda cenderung menetapkan standar yang tidak fleksibel dan terlalu tinggi, kritik diri yang berlebihan, pola pikir keliru tentang kesempurnaan, dan percaya bahwa harga diri Anda hanya bergantung pada kinerja yang sempurna. Perfeksionis jenis ini disebut perfeksionisme maladaptif.
Perfeksionisme berdampak baik atau buruk?
Menurut studi yang dilakukan Brian Swider, dkk, pada dasarnya perfeksionisme berdampak baik dan memiliki manfaat positif. Orang perfeksionis memiliki motivasi dan ketelitian lebih tinggi dibandingkan non-perfeksionis. Yang perlu Anda lakukan adalah memegang kendali atas perfeksionis Anda, menguji apakah pemikiran perfeksionis Anda tepat atau melewati batas, dan apakah tujuan yang ingin Anda capai realistis.
Sementara itu, dalam Journal of Counseling Psychology (Vol. 50, No. 3) dijelaskan bahwa apakah kepribadian perfeksionis Anda diekspresikan dengan cara positif atau tidak bergantung dari interaksinya dengan sifat atau karakter lain dalam diri Anda. Jadi, beberapa karakter negatif Anda mungkin menambah kemungkinan ekspresi perilaku perfeksionis negatif atau obsesif.

Bahkan, menurut Hewit dan Flett, profesor psikologi di York University, tidak ada bentuk perfeksionisme yang benar-benar bebas dari masalah. Dengan demikian, mungkin perfeksionis Anda akan selalu cenderung mengarah ke perfeksionis obsesif. Dalam kalimat lain, perfeksionis Anda, mempunyai konsekuensi tersendiri yang selalu mengarah ke bentuk negatif.
Ciri-ciri seorang perfeksionis yang obsesif atau negatif
Berikut adalah daftar ciri-ciri perilaku perfeksionis obsesif atau negatif. Daftar ini akan membantu Anda untuk mengenali sejauh mana tingkat perfeksionisme obsesif Anda.
1. Pemahaman keliru tentang kesempurnaan
Untuk hasil pekerjaan yang mendekati sempurna, atau hampir sempurna, perfeksionis menganggapnya sebagai sebuah kegagalan. Bahkan, meskipun orang lain menilai bahwa Anda telah melakukannya dengan sangat baik, Anda terganggu oleh satu kesalahan kecil, dan mengabaikan fakta bahwa sebenarnya hasil pekerjaan itu sudah baik.
2. Sulit menerima dan merayakan kesuksesan
Anda sulit menerima dan merayakan kesuksesan. Meski Anda mencapai hasil pekerjaan yang baik, Anda selalu menemukan kekurangan. Dari detail-detail yang Anda lihat, selalu ada yang salah dengan yang Anda lakukan. Anda selalu merasa seharusnya Anda bisa lebih sempurna, bisa lebih baik lagi.
3. Kritik diri yang berlebihan
Perfeksionis cenderung sangat kritis terhadap diri sendiri. Bukannya melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar, Anda malah mengkritik dan menekan diri sendiri atas hasil yang kurang sempurna, sekalipun penyebabnya mungkin adalah hal yang baru atau tidak terduga sama sekali.
4. Terlalu fokus melihat kesalahan
Sebagai seorang perfeksionis, Anda memiliki keyakinan bahwa Anda tidak boleh membuat kesalahan. Karenanya, Anda selalu fokus memperhatikan kesalahan atau tanda-tanda kegagalan dengan maksud untuk memperbaikinya. Namun sayangnya, ini justru membuat Anda sulit dalam melihat sisi positif diri Anda.
5. Takut membuat kesalahan
Ciri perfeksionis selanjutnya adalah takut membuat kesalahan. Akan tetapi Anda tidak didorong oleh motivasi yang sehat. Anda takut membuat kesalahan dan ingin tampak sempurna karena takut dihakimi orang lain atau mengharapkan persetujuan orang lain.
6. Berfokus hanya pada hasil dan mengabaikan proses
Perfeksionis cenderung hanya melihat hasil akhir pekerjaan atau tugas, tidak menikmati, bahkan mengabaikan proses yang telah dilalui. Kalau ada kesalahan kecil, Anda tidak dapat menerimanya meski sebenarnya Anda telah berjuang untuk hasil yang terbaik. Saat menemui kesulitan, Anda mungkin menyerah begitu saja tanpa menyadari bahwa Anda telah berjuang dan melalui berbagai proses. Padahal melihat proses yang sudah Anda lalui, perjuangan yang telah Anda lakukan, mungkin modal untuk bangkit dari menyerah begitu saja.
7. Sering menunda pekerjaan
Perfeksionisme negatif lebih cenderung menunda-nunda suatu tugas. Karena takut gagal, Anda sangat khawatir tentang melakukan sesuatu yang tidak sempurna sehingga Anda malah tidak bergerak sama sekali, tidak melakukan apa pun, menghindari suatu tugas, dan menunda pekerjaan.
8. Sulit mendelegasikan tugas
Anda berjuang untuk menyelesaikan semua, apa pun itu untuk memastikan hasil pekerjaan tampak sempurna. Kalau Anda seorang pemimpin tim, kadangkala tugas-tugas kecil anggota tim menyita waktu dan energi. Bahkan, Anda mengambil alihnya dengan tujuan mendapatkan hasil pekerjaan terbaik.
9. Selalu ingin terlihat sempurna
Anda tidak membiarkan orang lain melihat kekurangan Anda. Kemungkinan besar Anda tidak pernah menceritakan tentang kegagalan Anda karena ingin Anda benar-benar terlihat sempurna.
Penyebab perfeksionis obsesif
Belum ada jawaban sederhana dan pasti tentang penyebab perfeksionisme, apakah itu mungkin faktor genetik atau lingkungan Anda, tempat di mana Anda mendapatkan pengalaman dan pengamatan sosial. Akan tetapi paling tidak, faktor-faktor berikut erat kaitannya dengan perfeksionisme obsesif.
1. Pola asuh usia anak-anak
Dalam jurnal penelitian The Influence of Parental Perfectionism and Parenting Styles on Child Perfectionism ditemukan bahwa orang tua yang perfeksionis, terlalu mengkritik, dan terlalu menuntut anaknya untuk berprestasi tinggi ikut meyumbang tumbuhnya karakter perfeksionis pada anak. Tidak keliru kalau orang tua mengharapkan yang terbaik untuk anaknya, tetapi pada usia anak-anak, usia pertumbuhan, yang lebih dibutuhkan adalah dukungan dan rasa dicintai.
2. Perasaan rendah diri
Perfeksionisme berkaitan erat dengan perasaan rendah diri. Anda merasa bahwa Anda tidak cukup dicintai, Anda tidak cukup berharga, kalau Anda tidak tampil sempurna dalam suatu tugas, pekerjaan, atau penampilan.
3. Mencari persetujuan orang lain
Anda mungkin mengembangkan kebutuhan tampil sempurna untuk memenangkan persetujuan orang lain. Dengan cara itu, Anda berharap tidak dihakimi orang lain, dan diterima di dalam suatu kelompok.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan dan media sosial juga memiliki pengaruh kuat terhadap perfeksionisme. Kehidupan yang “terlihat sempurna” yang dipromosikan melalui media sosial dan budaya sekitar mungkin mengajarkan dan memperkuat bahwa ada standar kelayakan yang ketat dan apa pun yang kurang merupakan kegagalan atau tanda ketidaklayakan.
Kelemahan atau konsekuensi negatif perfeksionisme
Berikut kelemahan atau konsenuensi negatif yang mungkin Anda alami kalau perfeksionisme negatif mendominasi kepribadian Anda.
1. Produktivitas menurun
Karena ingin semua pekerjaan tampak sempurna tanpa cela sedikit pun, perfeksionis membutuhkan banyak waktu dan energi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Anda mungkin menyelesaikan tugas atau pekerjaan lewat tenggat waktu karena koreksi dan pengulangan berlebihan, tidak mendelegasikan tugas-tugas kecil, dan penundaan.
Kalau pun sesuai tenggat waktu, berapa banyak energi yang telah Anda curahkan, dan waktu lembur yang Anda korbankan. Produktivitas Anda tetap saja dinilai menurun karena Anda seharusnya menghasilkan sesuatu yang lain yang bersifat lebih produktif.
2. Pribadi yang rentan
Perfeksionis mungkin menjadi rentan ketika menemui kegagalan. Pada akhirnya Anda benar-benar berakhir dalam keadaan rentan karena Anda menilai harga diri Anda berdasarkan pencapaian Anda, sedangkan Anda tidak mungkin mencapai standar yang sangat tinggi dan kadang tidak realistis.
Setelah itu, atas semua kegagalan Anda, bahkan jika itu kegagalan kecil sekalipun, sebagai seorang perfeksionis, Anda cenderung mengkritisi dan menghakimi kesalahan Anda sendiri. Perfeksionisme selalu berakhir dalam keadaan rentan, tidak bahagia, frustasi, merasa bersalah, dan merasa sebagai pribadi yang gagal.
3. Kesehatan fisik dan mental
Beberapa penelitian tentang perfeksionisme menunjukkan hubungan antara perfeksionisme dengan kecemasan, stres, depresi, gangguan makan, bahkan bunuh diri. Karena Anda terus-menerus mendorong diri sendiri untuk mencapai standar yang tinggi, itu akan memberikan tekanan pada diri sendiri dalam waktu yang lama.
4. Hubungan dengan orang lain
Karena waktu dan energi yang tersisa sedikit, tidak heran perfeksionis mengabaikan hubungan dengan orang lain, bahkan orang-orang terdekat. Anda mungkin mulai melewati komunikasi dengan keluarga, sahabat, dan kerabat.
Baca juga: Belajar dari Kesalahan dan Menjadi Lebih Baik
Sekali lagi, perfeksionis Anda tidak melulu berdampak positif bagi kehidupan Anda, malahan kecenderungannya lebih mungkin mengarah ke bentuk negatif. Jika Anda kadang-kadang menuntut kesempurnaan, tetapi itu membuat Anda depresi, cemas, dan kondisi mental yang melelahkan lainnya, mulai sekarang perhatikan situasi ini. Perfeksionisme negatif mungkin mendominasi kepribadian Anda.
Referensi:
– Rachael Rettner dalam livescience.com, The Dark Side of Perfectionism Revealed, diakses 25 Nov 2022
– Martin Taylor dalam webmd.com, Perfectionism: 6 Consequences to Watch For, diakses 25 Nov 2022
– Center for Clinical Interventions, Perfectionism, diakses 25 Nov 2022
– Elizabeth Scott Phd dalam verrywellmind.com, Perfectionist Traits: 10 Signs of Perfectionism, diakses 25 Nov 2022
– nickwignall.com, What Causes Perfectionism and How to Get Over It, diakses 26 Nov 2022
– Shonna Waters Phd dalam betterup.com, Are you a perfectionist? How to understand what is causing it, diakses 26 Nov 2022
– Marla Tabraka dalam inc.com, 8 Signs You’re a Perfectionist (and Why It’s Toxic to Your Mental Health), diakses 26 Nov 2022