3 Latihan Sederhana Untuk Mengatasi Overthinking, Menurut Psikoterapis

Berpikir berlebihan atau overthinking
Tiga latihan sederhana untuk mengatasi berpikir berlebihan atau overthinking (gambar oleh Joel Lee dalam unsplash.com)

Sebagai seorang psikoterapis, Jenny Maenpaa, dalam praktik psikoterapinya, sering menangani orang-orang yang bergumul dengan masalah mengatasi overthingking.

Jenny Maenpaa, LCSW, seorang psikoterapis dan pendiri Forward in Heels, dengan rasa empatinya, karena di usia mudanya ia juga mengalaminya, membagikan tiga latihan sederhana yang juga dia gunakan setiap hari untuk mengatasi overthinking dan berhenti berpikir berlebihan.

Tiga latihan sederhana mengatasi berpikir berlebihan atau overthinking

Berikut tiga latihan sederhana mengatasi overthinking yang dirangkum dari tulisan Jenny di sebuah artikel yang berjudul A psychotherapist shares the 3 exercises she uses every day ‘to stop overthinking’ dalam laman cbnn.com.

1. Positive reframing

Tidak sama dengan istilah positive thinking, di mana kita diminta untuk berpikir positif tanpa peduli betapa sulitnya suatu situasi, sebaliknya positive reframing, menururt Jenny, memungkinkan kita mengakui aspek negatif dari suatu situasi, lalu mengevaluasi apakah ada cara lain yang lebih baik untuk memikirkan situasi tersebut.

Jenny menulis, “Pola pikir ini memberi Anda kekuatan untuk mengubah situasi Anda. Anda dapat memulai dari yang kecil dengan memeriksa tugas-tugas penting apa yang harus diselesaikan terlebih dahulu, lalu tunda atau delegasikan sisanya sampai kecemasan Anda berkurang. Kuncinya adalah mengambil langkah mundur dan menangani hal-hal satu per satu.”

Dengan positive reframing, kita akan mencari tahu apakah kita dapat mengubah apa pun tentang hal-hal yang menantang saat ini yang sedang kita hadapi, atau apakah harapan kita tentang situasi itu dapat diubah.

Sementara itu, mengatasi overthinking dengan cara memikirkan hal-hal positif saja dari suatu situasi mungkin tidak menyelesaikan apa pun. Dan kita mungkin akan terus memikirkan seberapa besar kita membenci situasi kita.

2. Tulis dulu, pikirkan nanti

Tiga latihan sederhana untuk mengatasi berpikir berlebihan atau overthinking (gambar oleh Michal Matlon dalam unsplash.com)

Sementara saat otak kita mengira kita berada dalam konflik atau masalah, sistem alarm bawaan berbunyi secara internal untuk melindungi kita. Kita menjadi terlalu fokus pada situasi yang baru datang tersebut dan mungkin juga mengganggu aktivitas lain yang sedang kita kerjakan.

Jenny menyarankan, “Satu hal yang saya temukan berhasil adalah menuliskan perasaan saya dan menunggu setidaknya 24 jam (atau hanya beberapa jam jika ini masalah mendesak) sebelum menjawab atau mengambil tindakan impulsif apa pun.”

“Kemudian, saya menyimpan draf itu sementara saya mengalihkan perhatian saya dengan tugas lain,” tambah Jenny. Menurutnya, menuliskan pikiran negatif menghilangkan kekuatan buruk pikiran negatif itu sendiri.

Jenny menulis, “Saya sering tidak merasa perlu mengambil tindakan (dalam hal ini tindakan negatif) berdasarkan pikiran cemas saya setelah saya menuliskannya.” Ini bertujuan untuk menghindari kita dari melakukan hal-hal yang nantinya akan kita sesali.

3. Latih rasa syukur dengan cara “spesifik”

Jenny menemukan bahwa mengulangi praktik rasa syukur yang tidak spesifik dan sama berulang kali dapat menjadi sekedar hafalan saja. Mengungkapkan rasa syukur memang dapat meningkatkan kebahagiaan, tetapi praktik bersyukur yang “itu-itu saja” dapat mengurangi manfaat dari bersyukur itu sendiri.

Bagi Jenny, ini bisa mulai terasa seperti tugas yang tidak berarti, bukan latihan yang penuh perhatian. Jenny menceritakan, “Jadi, saya suka mempraktikkan sesuatu yang saya sebut rasa terima kasih spesifik.”

Jenny menerangkan bahwa ia merubah kalimat ucapan syukurnya, yang ditulis di jurnalnya setiap hari dari “Saya bersyukur atas kesehatan saya” dengan kalimat baru yang lebih khusus, misalnya “Saya bersyukur bahwa saya bangun hari ini tanpa sakit punggung dan memiliki kemampuan untuk melakukan latihan hari ini.”

“Besok, saya mungkin masih bersyukur atas kesehatan saya, tetapi saya mungkin secara khusus bersyukur bahwa saya memiliki energi yang cukup untuk jangka panjang,” tulis Jenny.

Baca juga: Cara Mengatasi Overthinking Agar Hidup Lebih Baik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *