Menertawakan Diri Sendiri Menurut Catatan Filsuf Seneca dan Nietzsche

menertawakan diri sendiri
Menertawakan diri sendiri menurut catatan Seneca dan Nietzsche (gambar oleh benzoix dalam freepik.com)

Ada kebajikan dari menertawakan diri sendiri, dari menambahkan humor ke dalam apa yang menjadi kekurangan kita, kesalahan dan kegagalan yang pernah kita alami, juga situasi sulit yang kita hadapi.

Ini juga tertuang dalam pemikiran-pemikiran filsafat Seneca dan Nietzsche.

István Darabán, seorang penulis dan mahasiswa pascasarjana ilmu saraf di Amsterdam, menjelaskan catatan-catatan Seneca dan Nietzsche tentang menertawakan diri sendiri dalam tulisan berjudul Why You Should Laugh at Yourself, According to Seneca And Nietzsche, yang ditulisnya dalam laman bigthink.com.

Menertawakan diri sendiri berarti mengubah perspektif kita atas kekurangan kita, kesalahan, kegagalan, dan situasi sulit

Daraban mengutip kata-kata dari Seneca, seorang filsuf Stoa, filsuf dengan aliran filsafat Stoikoisme, dan senator Romawi abad pertama, “Salah satu cara terbaik untuk menghadapi masalah adalah dengan menertawakannya.”

“Kita harus mengambil pandangan yang lebih ringan tentang hal-hal dan menanggungnya dengan semangat yang mudah, karena lebih manusiawi untuk menertawakan hidup daripada meratapinya… yang satu membiarkannya dengan harapan yang adil, sementara yang lain dengan bodoh meratapi hal-hal yang tidak dapat dia harapkan akan diluruskan.”

SENECA

Menurut Daraban, menertawakan diri sendiri atau situasi sulit yang sedang kita hadapi berarti kita sangat memahami apa yang sedang terjadi. Kita akhirnya menyadari, meski tidak ada yang dapat kita lakukan untuk menghentikan satu hal terjadi, kita tetap masih baik-baik saja.

“Tertawa mengungkapkan perasaan kita yang paling lembut, dan menganggap bahwa tidak ada yang hebat atau serius atau bahkan celaka dalam semua perangkap keberadaan kita,” tulis Daraban dalam laman bigthink.com.

Itu berarti bersikap tenang dalam situasi yang ada di luar kendali kita

Meski kurang cocok dengan beberapa pandangan aliran filsafat Stoa, tetapi dalam hal menertawakan diri sendiri, Nietzsche mengungkapkan pendapat yang sama seperti yang disampaikan Seneca.

Daraban menulis dengan mengutip pemikiran Nietzsche: Jika kita kewalahan dengan apa yang tidak dapat kita ubah, atau jika itu hal-hal yang dapat kita ubah, tetapi kita gagal dalam bertindak, pandangan yang lebih ringan mungkin menjadi jawaban untuk menghadapai situasi sulit tersebut, sambil terus berjuang.

“Banyak dari apa yang terjadi dalam hidup berada di luar kendali kita. Kita tidak dapat mengendalikannya, tetapi kita dapat mengendalikan bagaimana cara kita menanggapi ketidaknyamanan dan situasi yang menimpa kita,” tulis Daraban.

Daraban kemudian mengutip kalimat Seneca, sementara termakan oleh reaksi negatif tidak membantu kita memperbaiki masalah atau menemukan kedamaian, ketenangan adalah kekuatan alami dari menertawakan diri sendiri.

Kisah Seneca dapat dijadikan contoh. Di atas segala ketidakberuntungannya, penyakit yang tiba-tiba menyerang, diasingkan karena politik kekuasaan, Seneca menemukan ketenangan di satu tempat, yang menurutnya, siapa pun dapat menemukannya, yakni di dalam diri kita sendiri.

Menertawakan diri sendiri bukan berarti merendahkan diri kita

menertawakan diri sendiri
Menertawakan diri sendiri bukan berarti merendahkan diri sendiri (gambar oleh tirachardz dalam freepik.com)

Mampu menertawakan diri sendiri melibatkan kemampuan untuk mengenali kekurangan kita. Daripada mencaci diri sendiri atas kesalahan kita, melihatnya dengan humor memungkinkan kita menjelajahinya dengan kebaikan dan belas kasih, seperti dikutip dalam laman verrywellmind.com.

Itu membuat situasi kita yang rumit dan seringkali membingungkan menjadi lebih dapat ditoleransi. Ketika kita mulai belajar menertawakan keterbatasan kita sendiri, kita diingatkan untuk menerima, mengakui, dan merayakan kemanusiaan kita.

Lebih dari sekedar menambahkan humor pada situasi sulit yang sedang kita hadapi, menertawakan diri sendiri mendorong kita membangun interpersonal yang positif, kesadaran diri, penerimaan diri, dan kerendahan hati.

“Kalian orang-orang yang lebih tinggi di sini, bukankah kalian semua — gagal? Bersoraklah, apa bedanya! Berapa banyak yang masih mungkin! Belajarlah untuk menertawakan diri sendiri sebagaimana orang harus tertawa!”

NIETZSCHE

Baca juga: Apa Itu Penerimaan Diri (Self Acceptance)?

Itu semua menjelaskan bahwa menertawakan diri sendiri adalah bentuk sikap berdamai dengan kekurangan kita sendiri, kesalahan dan kegagalan yang pernah kita alami, juga situasi sulit yang berada di luar kendali kita. Seperti yang ditulis Daraban, “Nasib dan kegagalan hanya menyakiti mereka yang tidak bisa berdamai dengan mereka.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *