Dengan karya-karyanya yang mendunia, beberapa buku Albert Camus telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Buku-bukunya hadir dalam bentuk esai filosofis, novel, dan naskah drama.
Albert camus adalah salah satu filsuf asal Prancis paling berpengaruh di abad ke-20, dan seorang penulis yang karya-karyanya sudah banyak dikenal di seluruh dunia.
Ide filosofis Camus, yang menjadi inti dari banyak karya tulisannya, terutama berbicara tentang nihilisme, keterasingan, absurditas, dan upaya umat manusia dalam pencarian makna kehidupan yang tidak berarti, yang menurutnya upaya itu bersifat absurd dan tidak masuk akal. Ide-ide filosofis pria kelahiran Aljazair tahun 1913 ini merekonstruksi ulang cara kita berpikir tentang kehidupan.
Pembaharu.com merekomendasikan 6 buku Albert Camus untuk Anda baca. Ini adalah buku-buku terbaik Camus dari karya-karya hebat yang pernah ditulisnya. Sebagian besar dari daftar di bawah ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
1. The Myth of Sisyphus – Mitos Sisifus

Barangkali buku Albert Camus yang satu ini adalah karyanya yang paling menjelaskan keyakinan filosofisnya tentang absurditas.
Dalam esai The Myth of Sisyphus, Camus membandingkan situasi eksistensial manusia dengan Sisifus, tokoh utama dalam mitos Yunani kuno yang harus mendorong batu besar ke atas gunung untuk selama-lamanya, setiap hari, hanya untuk menggelindingkannya kembali ke dasar saat telah mencapai puncak.
Baca juga: 10 Rekomendasi Buku Terbaik Paulo Coelho, Wajib Baca Deh!
Camus menggunakan kisah Sisifus sebagai cara untuk berbicara tentang bagaimana pertarungan mustahil yang dilakukan manusia melawan absurditas kehidupan.
Namun menariknya, bagi Camus, Sisifus adalah contoh sempurna dari orang yang mencintai kehidupan. Dia terus maju karena dia telah menerima bahwa ini adalah hidupnya, tetapi dia tidak menyerah, yang menjadikannya contoh sempurna dari manusia absurd yang ideal.
Camus memandang penolakan Sisifus untuk menyerah sebagai hal yang baik. Menurutnya, manusia harus bisa “menerima” bahwa hidup tidak ada artinya dan tidak ada harapan untuk masa depan. Hanya dengan begitu kita bisa hidup damai dan bahagia.
Buku yang diterbitkan tahun 1942 ini barangkali adalah buku Albert Camus pertama yang perlu Anda baca, sebelum Anda menjelajahi pemikiran luasnya melalui buku-buku Camus lainnya.
2. The Stranger – Orang Aneh

The Stranger, judul dalam terjemahan bahasa Inggris, dan Orang Aneh, dalam terjemahan bahasa Indonesia, barangkali adalah salah satu karya fiksi Camus yang paling terkenal. Salah satu bagian yang paling diingat pembacanya adalah kalimat awal isi novel ini, “Ibu meninggal hari ini. Atau mungkin kemarin, saya tidak tahu.”
Novel yang diterbitkan pada tahun 1942 ini bercerita tentang Meursault, seorang pemukim Prancis yang tinggal di Aljazair, dan bagaimana dia menghadapi ide-ide absurd yang muncul dalam pemikirannya.
Digambarkan sebagai seorang pria yang aneh, tidak peduli pada orang lain dan dirinya sendiri, dingin, dan tidak bahagia, Meursault tampaknya terputus dari masyarakat tempat dia tinggal. Tetapi dia terjebak dalam serangkaian peristiwa tidak masuk akal yang Camus sebut sebagai “ketelanjangan manusia di hadapan yang absurd”.
Orang Aneh adalah sastra klasik abad ke-20. Siapa pun yang tertarik dengan Camus atau absurdisme pada umumnya harus membaca buku Albert Camus yang satu ini.
3. The Plague – Sampar

Novel The Plague, yang dalam bahasa Indonesia diberi judul Sampar, mengambil latar tempat di Oran, salah satu kota di Aljazair, tahun 1940-an. Buku Albert Camus yang diterbitkan pada tahun 1947 ini menceritakan kisah tentang wabah penyakit menular yang melanda kota Oran, yang sewaktu-waktu bisa menyerang siapa saja orang yang tinggal di sana.
Baca juga: Kata-Kata Quotes Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci ANgin, Tere Liye
Perubahan tiba-tiba terjadi pada cara hidup penduduk di kota tersebut, setelah mereka menyadari bahwa tidak ada jaminan bagi siapa pun lepas dari wabah penyakit, bahwa mereka menghadapi perjuangan antara hidup dan mati.
Digambarkan dalam kehidupan beberapa tokoh dalam novel tersebut, Camus ingin menunjukkan bagaimana orang-orang di kota itu, bereaksi dengan cara yang berbeda, emosi dan pola pikir yang berbeda, dalam menghadapi keterasingan kota yang terisolasi, individu yang terisolasi dari keluarga dan orang yang dicintainya, dan dalam menghadapi kemungkinan akhir hidup mereka.
4. The Rebel – Pemberontak

Satu lagi karya non fiksi Albert Camus, The Rebel, esai panjang yang diterbitkan sebagai buku pada tahun 1951. Bisa dianggap buku ini adalah karya Camus yang paling akademis.
Dalam esai panjangnya ini, Camus melihat bagaimana sejarah, politik, dan sastra membentuk dunia dan nilai-nilai kita. Meneliti keinginan kita untuk memberontak dan meletakkan ide-ide filosofisnya dengan paksa.
Baca juga: 8 Rekomendasi Situs Baca Novel Gratis Tanpa Aplikasi, Super Lengkap Koleksinya
Pada akhirnya, ia sampai pada kesimpulan bahwa manusia memberontak karena selalu mencari makna, atau setidaknya makna bagi kehidupannya sendiri. Semua ini adalah bagian dari pencarian makna manusia yang konstan dan sia-sia, yang menurut absurdisme tidak dapat diselesaikan.
The Rebel lebih filosofis daripada buku-buku Camus lainnya, jadi siapa pun yang ingin mempelajari lebih banyak tentang ide-idenya harus memiliki buku Albert Camus yang satu ini.
5. The Fall

The fall adalah karya fiksi terakhir Camus yang diterbitkan tahun 1956, empat tahun sebelum akhirnya Camus meninggal dunia terlalu cepat saat berumur 46 tahun pada tahun 1960. Novel monolog ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan diberi judul yang sama seperti terjemahan Inggrisnya.
Baca juga: 9 Contoh Soal tentang Novel Yang Sering Ditanyakan Saat Ujian, Pelajari dan Pahami Ya!
Tokoh utama dalam The Fall adalah seorang pengacara bernama Jean-Baptiste Clamence yang menceritakan kisah hidupnya kepada orang asing dalam serangkaian monolog dramatis, yang menyinggung tema-tema khas Camus seperti nihilisme, eksistensialisme, dan absurditas.
Buku Albert Camus yang satu ini ditulis dengan gaya bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, tetapi kumpulan paragrafnya adalah sesuatu yang sangat cemerlang dan sering mengejutkan. Anda mungkin akan terhipnsotis sejak membaca paragraf awal buku ini.
6. A Happy Death
Buku Albert Camus terbaik yang terakhir adalah novel pertama Camus, yang ditulisnya ketika dia berusia awal 20-an. Tetapi novel ini belum pernah diterbitkan sampai tahun 1960 setelah kematiannya.
Secara garis besar, novel ini berbicara tentang bagaimana membuat kebahagiaan Anda sendiri dan bagaimana uang dan waktu memengaruhi kemampuan Anda untuk melakukannya. Karena ini karya pertamanya, Anda perlu menambahkannya sebagai pelengkap koleksi buku-buku Albert Camus lainnya.
Baca juga: 40 Kata-Kata Albert Camus, Dikutip dari Berbagai Karya Sastra Camus